Kamis, 11 Desember 2014

Ini sama saja membunuh mereka juga.



Malam yang ramai sekali. Ya, ketika malam minggu sudah tiba, maka tiba pulalah anak muda untuk menikmati malam tersebut.

Banyak sekali muda-mudi yang nongkrong entah bersama teman-temannya, ataupun bersama pacar. Tapi tak sedikit pula para jomblo yang sudah parah ikut menikmati pemandangan malam ini sambil mencoba mencari pacar di sebuah taman tepatnya di Alun-alun Wanayasa.

Angin yang berhembus, cukup membuat badan menjadi terasa dingin, hingga sebagian orang terpaksa merokok yang tujuannya mungkin untuk menghangatkan badan begitupun menghangatkan suasana mereka. Berkumpul dengan teman-teman, ditemani beberapa minuman kaleng, makanan ringan, dan tentunya beberapa bungkus rokok yang melengkapi berkumpulnya mereka. Begitulah aktifitas kebanyakan orang yang aku lihat saat ini.

Aku dan teman-temankupun berusaha untuk menikmati malam libur ini. Mencoba menjadi anak gaul seperti pada umumnya. Kumpul bersama, dengan ditemani beberapa kaleng minuman soda, beberapa bungkus kacang dan satu bungkus rokok karena sebagian temanku termasuk aku, sudah merokok.
Ah, aku tak tahu harus bagaimana lagi untuk menanggapi soal barang yang satu ini. Mungkin jika tak hadirnya barang yang satu ini (rokok) disaat kumpul-kumpul suasananya akan merasa ada yang kurang, dan takkan seseru yang mereka bayangkan.

Jujur, aku sendiri termasuk orang yang bertergantungan pada barang ini. Tetapi syukurnya aku masih bisa untuk menahan ketika aku duduk bersama orang yang aku sayang setelah melakukan kesepakatan dengan orang tercinta yaitu keluargaku dan pacarku. Lantas bagaimana dengan teman laki-laki yang sedang berkumpul denganku, sedangkan mereka sebagian tidak merokok? Aku menjawab, mereka lebih bisa memaklumi dan bisa menyikapinya dengan tenang dan baik.

Teringat kembali ketika aku benar-benar belum bisa menahan kebiasaanku dan belum melakukan kesepakatan dengan pacarku terkecuali dengan keluargaku, aku melakukannya di sebuah tempat yang bahkan itupun dilakukannya tanpa ketersengajaan. Ketika itu aku merasa bosan diam dirumah. Akhinya aku megajak pacarku untuk keluar dan tempatpun sudah aku putuskan sendiri.

Sesampainya disuatu tempat yang sudah aku rencanakan, kami langsung duduk berdua dimalam hari yang sama, begitupun suasana yang sama percis dengan malam ini. Angin berhembus membuatku merasa sedikit kedinginan, dan akhirnya hal itu memaksaku untuk mengambil satu batang rokok dari kotak kaleng punyaku dan menyalakannya dengan koreknya si Ramlan yang aku culik siangnya.

Jujur, semenjak bungkus rokok dihiasi dengan gambar-gambar yang terkena penyakit akibat merokok, aku menjadi agak risih. Tetapi anehnya itu tidak menyurutkanku untuk berhenti merokok. Bahkan setiap orang mempunyai idenya masing-masing untuk menghindarinya. Contohnya aku yang mengganti bungkus rokok dengan kaleng sarden.

Baru beberapa hisapan rokok, tiba-tiba pacarku sudah protes.

“Ihh... Kamu bisa gak sih gak ngerokok didepan aku?”
“Lho... Emangnya kenapa? Kamu kabita ya? Hehehe...” Jawabku dengan sedikit dihadiri bahasa Sunda nya. Maklum saja.. Jaman kini semakin berubah. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan. Antara Bahasa Indonesia yang baik kini sudah jarang digunakan, ditambah lagi kami dari tanah Sunda, bahasanya sudah bisa disatukan. Tetapi aku akan menjelaskan bahasa Sunda nya jika kalian tak mengerti. Kabita = Tergoda.
“Ihhh... Bukannya gitu... Asepnya itu ngeganggu banget tau!”
“Yaudah, yaudah... Nih aku matiin” Sambil mematikan rokok ke telapak tanganku. Berniat ingin sulap, tapi yang terjadi hanyalah merah lebam ditelapak tanganku.
“Kenapa sih rata-rata cowok suka ngerokok?” Tanya dia.
“Ya... Karna dia pengen, dan punya uang. Hehehe”
“Ihhhh... Serius... da aku teh nanyanya juga serius!” Sambil dia mencubit pelan pinggulku.
“Aduh.. Sakit, sakit... Hehehe.. Ya, aku gak tau... Pastinya beda-beda pendapat dong”  Jawabku sambil pura-pura meringis kesakitan. Ya.. Ceritanya kami disini agar bisa terlihat mesra, padahal hampir setiap hari kami suka berkelahi.
Ningan beda-beda? Kenapa?” Ningan = Kok
“Iya.. Biasanya cowok itu pada awalnya cuma coba-coba ngerokok doang, ada juga karna pergaluan, lingkungan, pengen keliatan keren sama cewek, sama satu lagi.. Karna prustasi. Entah prustasinya gara-gara kaum kamu, keluarga, dan banyaklaahh... Malahan salasatu temen aku mah ada yang bilang, pengen tau seberapa sih enaknya ngerokok itu? Dan kira-kira bakalan sanggup gak buat berentinya? Eh, dia malah jadi kecanduan. Hehehe”
“Terus kamu termasuk yang mana?” Sambil mengambil minuman kaleng dan meminumnya.
“Aku?” Sambil jari telunjuk mengarah pada diriku sendiri.
“He’em” Yang masih meneguk minumannya.
“Aku termasuk orang yang sangat sayang sama kamu. Hehehe”

Aku lihat dia langsung menurunkan kaleng minumannya dari mulutnya dan seperti tersedak setelah mendengar kata-kataku. Lalu tak lama dia tertawa “Hahahaha.. Bisa wae.. Serius.. Kamu termasuk kejadian yang mana? Karna pergaulan, lingkungan, pengen keren, apa prustasi?” Sambung lagi pertanyaanya. Wae = Saja

“Hmm... Kayaknya aku karna pergaulan deh.. Soalnya hampir semua temen aku pada ngerokok semua” Alasanku.
“Ohh.. Gitu.. Tapi aku gak suka lho kamu ngerokok..”
“Iya, aku tau kok! Rata-rata cewek itu gak suka sama cowok yang ngerokok. Maafin yaaa...”
“Terus kalo tau, kenapa tadi salasatu penyebabnya ada yang pengen keliatan keren sama cewek?” Tanya dia lagi yang membuat aku jadi agak merasa bingung untuk menjawabnya.
“Hmmm... Kalo itu sih gimana kedewasaannya si cowok.. Eh, kalo ngerokok dipaksain itu gak enak lho! Pahit! Jadi kalo ada cowok yang ngerokok tujuannya cuma pengen dibilang keren sama cewek, berarti dia masih bego. Hehehe... Aku juga kalo pengen ngerokok karna keinginan hati kok! Kalo misalkan gak mau buat ngerokok, ya aku gak maksain buat ngerokok. Ngapain?”
“Oooohhh... Gitu..” Sambil menganggukan kepala.
“Udah ah.. Nanya wae.. Sekarang giliran aku yang nanya ke kamu”
“Hehehe.. Nanya apa?”
“Kamu sayang juga gak sama aku? Hehehe”
“Hehehe.. Iya aku sayang juga kok sama kamu. Tapi kalo kamu sayang sama aku, kamu berenti dong ngerokoknya.. Kan aku sayang sama kamu..”
“Hmmm... Gini aja deh.. Aku janji gak bakalan ngerokok didepan kamu lagi, kalo berenti, aku mau coba dulu, tapi gak janji ya.. Gimana?”
“Ah... Yaudah, terserah kamu aja weh..” Sambil agak merasa kecewa.
“Ih.. Jangan terserah atuh... Yang pasti-pasti aja weh.. Yaaa? Gak papa yaa?”  
“Iyaaaa...”

Bro! Balik moal? Ngahuleng wae... Salasatu teman mengagetkanku dengan bahasa Sunda dari lamunanku. Kalau diartikan seperti ini. “Bro! Mau pulang gak? Ngelamun aja..”
“Oh.. Ok.. Yok!” Jawabku.
Bersihan heula tah runtahna!” “Bersihin dulu tuh sampahnya!”. Begitu artinya kira-kira.

Setelah selesai mebereskan sampah bekas kami beserta sampah masyarakat, kami bergegas untuk pulang, karna waktupun tak terasa sudah larut malam.


            Baiklah, kini aku berjanji pada orang yang aku sayang untuk tidak merokok didepan mereka. Maaf.. Aku sadar bahwa merokok itu tidak baik, tapi akulah contoh orang yang sudah terjebak oleh bahayanya rokok. Kalau saja berhenti merokok itu sama halnya seperti membalikan telapak tangan, jangankan kata “Mungkin”, aku akan berkata “Pasti” untuk berhenti. Tetapi apa kenyataanya? Ini kebiasaan yang sulit sekali untuk dihilangankan.

Bukanlah hal yang tak mungkin bahwa yang lain (para perokok) juga sama keadaannya sepertiku. Mereka juga pasti kadang-kadang mengeluh atas apa yang sudah terjadi. Ingin berhenti? Ya! Kadang mereka juga berpikir untuk berhenti, tetapi itu tak lama. Mereka akan berhenti jika sudah terkena dampaknya. Mungkin juga denganku. Maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar