Kamis, 23 Februari 2017

Biar saya aja yang goblog mah, Teh... 😔

"Yey, anjing teh... Wasitna dibayar eta mah!" kata salasatu suporter layar kaca, yang waktu itu protes karena wasitnya goblog ketika nobar Indonesia vs Vietnam di warung Wak Yuyun.
Satu hal, pemainnya juga pada dibayar, wahai kawan.

Halo.. Kabar, apa? Biak, apa baik?
Sudah lama aku gak posting disini. Seakan, aku orang yang paling sibuk di planet Mars sana. Tetapi, memang kenyataannya seperti itu. Aku sibuk. Sibuk tidur.

Aku sibuk memikirkan untuk Istri, dan anakku kelak. Segala persiapanpun aku lakukan. Walaupun, hasilnya cuma gitu-gitu aja... Gak ada kemajuan. Karena ternyata, aku lebih banyak tidur ketimbang kerjanya.

Sebenarnya, aku sudah kepikiran. Setiap mau tidur, aku selalu takut mereka yang menjadi Istri dan anakku kelak, tidak makan. Maka hai para perempuan... Disinilah tanggung jawab seorang laki-laki. Masa depan sudah terpikirkan walaupun belum waktunya untuk itu.

Tetapi lagi, kalau pemikiran saja sudah melesat dengan tanggapan yang curiga atau tidak percaya kepada Tuhan, maka jangan heran kalau hidup kita selalu pusing. Ya, makanya, jalani saja dengan tetap berpikir positif kepada-Nya.

Kayak ceramah yang di gereja itu ya? He2x... Haleluya ah... Kasadayana...

Dan tentang Blog ini... Maaf, Blog... Sudah lama aku gak posting.
Umurku sekarang 22 tahun. Si Ayu juga. Temanku yang di Kota Kuningan sana, walaupun belum pernah ketemu. Dia juga sama berumur 22 tahun. Tapi dia sekarang lagi jomblo. Kasian ih! Aku juga.

Aku membuat blog ini ketika berusia 17 tahun. Hanya saja, aku memulainya untuk mengisi dengan catatan abstrak yaitu ketika aku berusia 18 tahun kalau gak bener.
Maka jangan heran, untuk postingan-postingan sebelumnya, dari gaya bahasa, tulisan, dan kata, sangat jauh berbeda dengan sekarang. Karena perbedaan inspirasi pun sudah tumbuh menjalar kesana kemari. Itu artinya, aku dulu itu masih plin-plan. Sekarang juga masih sih. Maklum semuanya. Aku lahirnya hari Rabu. Kata Ibuku sih menjelang Maghrib juga. Tapi gak ada yang peduli kan ya?

Dulu, gaya bahasaku aku pelajari dari penulis hebat Raditya Dika. Kata 'elo' dan 'gue' saling berjajar di setiap kalimat. Karena, pada jaman SMA ku dulu, kalau saja gaya bicaraku memakai kata 'gue', sangat.. Menurutku sangat keren dan gaul. Padahal, aku masih saja tetap keren walaupun gak pakai itu.

Belum lagi, kata yang aku gunakan sangat jauh dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bisa terbilang dulu aku tidak mengenal itu. Bahkan sekarang juga masih. Dimana, kata yang harusnya benar, aku salahkan. YES!!! Mungkin karena aku orang Indonesia. Buktinya aku kemarin nonton Timnas. Tapi kan gak ada yang peduli lagi ya walaupun aku orang Mesir juga?

Aku tau, dan memaklumi itu. Karena pada awalnya memang harus begitu. Sangat membutuhkan inspirasi. Bukannya kalau seseorang sudah menyadari hal yang sebelumnya kurang baik, berarti kita sudah berhasil menjadi yang lebih baik? Maka, aku baca buku karangan para penulis hebat seperti Buya Hamka, Dewi Lestari, Andrea Hirata, Pidi Baiq, Raditya Dika, J.K Rowling, Mang Emul bengkel dan banyak lagi. Dan memperhatikan setiap gaya mereka menulis. Begitupun gaya bahasanya.

Dari sanalah, dari deretan penulis diataslah aku mendapatkan pencerahan untuk mendapatkan inspirasi dari caranya menyampaikan tulisan. Setelah aku membaca novel yang berjudul Drunken Monster-nya Pidi Baiq, sebuah buku komedi dengan menggunakan cara yang sangat ajaib. Hingga selanjutnya, setiap cerita yang Pidi Baiq sampaikan secara pelan merasuk ke dalam pikiranku. Dan aku sangat menyukai itu. Maka jangan heran untuk tulisan, gaya bicaraku sama percis dengan Pidi Baiq. Karena memang, aku mengakui itu. Aku terinspirasi dari Ayah Pidi Baiq. Kalau dibilang aku penjiplak, terserah. Karena aku juga bingung menanggapinya seperti apa. Lagian aku sudah siap juga untuk dicerca orang. Ketika ada yang bilang, "Anjing, sia mah nurutan si Pidi Baiq!", gak papa. Sama-sama anak Adam ini. Lebih tepatnya aku adalah anak pertama dari Bapak Husen Azis. Pidi Baiq? Aku gak tau.

Dan, untuk selanjutnya, aku mau posting salasatu cerita yang demi Allah kayaknya gak berguna deh.

Hal yang jadi pertanyaan, apakah semua cerita yang sering aku posting benar nyata, atau tidak? Aku menjawab, aku juga gak tau. Yang pasti itu memang terjadi dan aku mengalaminya. Jadinya terserah kalian sih mau percaya atau enggak. Kalau gak percaya juga gak bakalan jadi dosa ini.

Yow... Kita mulai.

Jadi begini...
Ini kejadiannya udah lama sih. Sekitar jaman Sun Gokong bilang, "enak jamanku toh?".
Waktu itu malam Sabtu. Aku sedang di kedai kopinya si Idwan, pukul 20:16 lah, lagi masih bertiga, teman yang lainnya belum pada datang. Mungkin mereka sedang pada rapat pembubaran Komunitas Pembela Belanda Menjajah Lagi Dong. Disingkat menjadi KPBMLD.
Yaitu yang sedang ada adalah Idwan si pemilik kedai kopi, Nena si Pacarnya Idwan, dan Aa Hari Mulyana Andreas si vokalis Termos Band.

"Ri, elu tungguin disini ya... Gua mau nganterin si Nena dulu. Takut kalau entar mah kemaleman" kata Idwan tiba-tiba.

"Asyik euy... Pulangnya bawa martabak" kataku.

"Moal lila jeung aingah moal jajan dih aisia!" kata Idwan lagi memakai Bahasa Arab. 'gak bakal lama sama gak jajan saya mah'.

"Gak papalah martabak telor juga". Kataku lagi. Makin gak nyambung.

"Yeh sia... Hayu akh, Yank" kata Idwan, lalu berangkatlah mereka.

Just info. Tulisan kata 'Yank' adalah kata yang bermaksud 'Sayang'. Cuman berhubung aku mantan alay, jadi aku tulis seperti itu. Dan aku juga pernah menyematkan tulisan itu untuk mantanku.
Pesan buat mantan. Maaf. Aku pernah bilang 'Si Bangsat' padamu.

Sekarang aku sendirian. Ditemani lagu dari Silampukau dan Payung Teduh yang bergiliran dan gak capek-capek.

Tak lama, aku melihat 4 manusia. 3 perempuan, 1 laki-laki, datang dari arah timur laut. Dan mereka diam di pinggir jalan tepat di depan kedai yg sedang ku jaga. Hanya saja mereka diseberang sana. Sepertinya, mereka sedang menunggu jemputan.

Sudah sekitar 7 menit mereka nunggu. Berdiri. Pasti pegel. Dan selama itu juga, aku pura-pura cuek.
Akhirnya, aku putuskan untuk menghampiri mereka.
"Lagi nungguin siapa, Mas?" kataku sambil menyedorkan tangan untuk bersalaman. Aku salami semuanya. Dan disinilah yg membuat aku tertarik kenapa aku harus menuliskan tentang ini.

Jadi... Ketika aku selesai mengajak untuk bersalaman dengan mereka, tiba-tiba salasatu dari mereka ada yang 'nyeletuk' bilang dengan pelannya, "ih, sok kenal banget nih orang" dengan menunjukkan wajah yang sangat tidak meng-enakanlah pokoknya.

"Eh, ini, A.. Temen saya mau pulang. Katanya ada keperluan" jawab si yang laki-lakinya.

"Oh.. Lho? Inikan yang lagi PKMD itu ya?" PKMD itu singkatan dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. Intinya seperti pelatihan kerja lapangan. "Dari Politeknis mana sih, Mas?" kataku seperti orang yang kaget mau mati. Padahal hey, kawan, aku sudah menyadarinya sejak dari tadi. Karena, si laki-laki memakai jas sekolah tingginya.
'Anjing.. Kos kieu gening sikap budak nu dikuliah keun ku kolotna mahal-mahal teh?' gumamku dalam hati. Dan kayaknya gak usah aku artikan. SIAAAAP GRAK! 😀

"Iya, A hehehe.. Kami dari Politeknis bla bla bla..." jawabnya. Nama sekolahnya sengaja aku samarkan untuk menjaga nama baik.

"Homestay-nya dimana?" aku nanya.

"Dirumah Bu Enok, A"

Aku cuma ngobrol sama yang laki-lakinya aja. Mungkin karena merasa sama jenis kelaminnya. Yang 3 itu, yg mereka perempuan itu, hanya diam. Sibuk dengan hapenya masing-masing.

Benar deh. Aku heran. Kenapa mereka, semuanya yang perempuan, merasa sangat terganggu dan tidak nyaman dengan hadirnya diriku ini. Apalagi dengan seorang yang nyeletuk tadi. Kayaknya dia mau kesurupan. Dengan mata yg melerik seperti orang jijik ngeliat aku. 'aku ganteng ya, Mbak?' gumamku dalam hati.

Akhirnya, aku mengeluarkan rokokku. Ku bakar dia, di depan mereka.

"Ngerokok, Mas?" aku tawari dia yang laki-laki.

"Oh, enggak, A. Saya gak ngerokok orangnya. Hehehe" jawabnya sambil tertawa canggung.
Alhasil, mereka, yang para perempuannya malah semakin jijik sama aku karena merokok. Padahal, itu rokok yg 100% aku beli sendiri. Uangnya gak tau. Dan lagi, tadinya mau aku tawari juga mereka. Tapi berhubung aku memandang beda spesies, jadinya enggak.

"Yaudah. Tungguinnya disana yuk.. Dikedai kopi saya... Sambil minum kopi-minum kopi atuh..." ajakku, yang gayanya seperti mau nraktir. Padahal Demi Allah enggak. Aku biasa di traktir. Lagian pas aku bilang bahwa itu kedai kopi punyaku, aku langsung kepikiran si Idwan.

"Ih, saya udah pesan lagi nunggu disebelah kanan, A. Entar mereka nyariin lagi kalau saya nunggunya disitu," jawab salah satu perempuan yang mau pulang. Akhirnya dia bicara juga. Yang dari tadi cuma diam dan senyum sinis. Padahal aku udah anggap dia patung.

"Oh.. Ok. Saya duluan ya.. Ada pelanggan soalnya" padahal enggak ada seorang pun di kedai.

"Oh, iya, A" jawab si laki-laki. Sia wae, Mas nu ngajawab teh.

Oh, ternyata si yang nyeletuk bicara juga! Katanya,

"Iya, A. Silahkan. Silahkan elu pergi, bajingan! Sok akrab, dan gak tau diri. Emang gua siapa? Ngajak salaman sembarangan orang. Gua ini kuliah... Elu gak pantes salaman sama gua... Elu harusnya mati aja, A. Dasar anjing!" dalam hati. Mungkin itu juga.

Aku manusia yang sangat gampang sekali untuk berpendapat terhadap orang lain. Dan ingin memberi nilai orang itu tersebut memang baik, atau buruk.

Jika saja kamu bersikap seperti itu kepada setiap orang yang mungkin mau bermaksud baik, maka lihatlah pandangan orang itu. Apalagi kamu berdiri diatas nama Sekolah Tinggimu, dan posisinya sedang menjalani tugas bermasyarakat. Maka harusnya dijaga. Yoi?

Aku juga sebenarnya tidak peduli itu. Terserah kamu mau sombong atau enggak. Tapi buktikan, apa yang bisa membuat kamu jadi sombong.. Contohnya, mungkin dengan cara membakar uangmu sendiri, atau membakar apartemen orang lain. Barulah, kamu boleh sombong sepuasmu. Tapi percayalah, itu tidak ada gunanya jika itu hanya demi kesombongan. Hanya akan dianggap bodoh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar