Minggu, 26 Maret 2017

Burung Mas Inter

Aku sedang di Cipulir. Hari Minggu, tanggal 19 Maret 2017. Disitu, di Cipulir Jakarta Selatan, ada tempat wisata. Nama tempatnya Kampung Main Cipulir.
Waktu itu sudah pukul 16:30. Aku mau ke Mushola tapi gak tau sebelah mana. Jadinya aku terpaksa ke Scurity-nya dulu untuk nanyain dimana Mekkah.
.
"Bapak, Mushola sebelah mana ya?" tanyaku langsung ketika sampai di pos tempat si Scurity jaga. Seragamnya gak ada name tag-nya euy... Jadinya gak bisa seperti orang yang sudah kenal 900 tahun yang lalu.
.
"Ujung sana, Dek... Belakang kolam!" kata Pak Scurity.
.
"Oh, yaud... Makasi, Pak. Bapak mau nitip gak?" tanyaku.
.
"Nitip apa, Dek?"
.
"Nitip sholat"
.
"Hahaha... Iya-iya... Titip dua rakaat ya!" kata si Scurity sambil tertawa.
.
"Teu lucu anjing..." aku pengennya sih bilang gitu. Tapi gak berani. Jadinya aku cukup senyum aja. "Mari, Pak..." pamitku.
.
.
Dan, memang benar. Aku berjalan sekitar 50 meter menuju belakang kolam. Lalu aku mengambil wudhu, dan menjadi makmum ketika ada yang sedang sholat. Orangnya berambut plontos, sebelah mata kirinya ada codetnya. Mungkin dia adalah mantan petinju. Tapi yang aku herankan, kenapa aku menceritakan dia? Padahal aku gak kenal.
.
"Assalamualaikum..." salam penutup sholat Dzuhur-nya dia ucap.
.
"Alaikumsalam"
.
Dia berbegas melepas sarungnya, sehingga aku yang lagi sholat tinggal satu rakaat karena masbuk, jadi gak fokus. Tau-tau aku juga udah salam penutup.
.
"Buru-buru banget saya, Mas. Udah di panggil lomba burung" kata si Mas cilok. Dan aku juga cuma senyum.
Ah? Lomba burung? Suruh ngapain burungnya? Aku jadi penasaran.
.
Akupun keluar. Dan oh ternyata, ada lomba suara burung. Aku gak tau burung apa yang diperlombakan. Yang pasti bukan burung garuda.
.
Lalu, aku hampiri tempat perlombaan itu.
Ada Mas-mas. Memakai jaket warna hitam Inter Milan yang sudah kusam warna hitamnya. Yang kuambil gambarnya tanpa sepengetahuannya. Subhanallah. Maaf, Mas.
Sejenak aku memperhatikan bagaimana perlombaan itu berjalan. Pokoknya, aku bingung. Kenapa para juri memberikan berupa warna bendera di kursi, di bawah kandang burung peserta.
.
"Skornya berapa-berapa, Mas?" kataku sambil menyalakan rokok. Bertanya pada si Mas Inter.
.
"Hah?" si Mas lupa ingatan.
.
"Rokok, Mas?" aku tawari dia.
.
"Gak ngerokok saya.." jawab si Mas dengan logat Jawa-nya. Jawaban.
.
"Tadi, itu tandanya apa, Mas. Dikasih bendera?" tanyaku.
.
"Itu yang juara. Bendera warna merah juara 1, biru ke 2, putih ke 3" jelas si Mas.
.
"Oh... Berarti kalau bendera kuning tandanya ada orang yang meninggal ya, Mas?" kataku.
.
Sianjing Mas gak ngerespon. Malah aku yang nahan ketawa.
.
Anjir... Aku sempat bingung mau nanya apa lagi. Tapi untungnya sih gak lama.
.
"Mas, bawa burung, Mas?" tanyaku.
.
"Bawa" jawabnya.
.
"Alhamdulillah"
.
.
Kalian bayangkan saja kalau si Mas itu gak bawa burung.
Ah, hari libur. Sekali-sekali, bolehlah kalian juga sempatkan berlibur dengan orang tercintamu. Seperti keluarga itu. Mereka berenang sambil tertawa terbahak. Menikmati hari ini.
Dan, Mas Inter, bagus. Bawalah burungmu kemana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar