Kamis, 04 Februari 2021

Viking dan The Jak cuma suporter. Aku Decul.

Beberapa tahun lalu, kamu pasti mendengar tentang berita seorang supporter sepak bola lokal yang meninggal karena dikeroyok supporter bebuyutannya di Bandung.
Kebetulan aku sedang di Jakarta pada waktu itu.
Kalau kamu nanya aku lagi ngapain di Jakarta, kubilang jadi Wiro Seblak.
Tentunya Ibuku sangat khawatir mendengar berita itu, terutama mendengar ketika rumor, kalau orang sana (Jakarta) mendengar orang yang bicara menggunakan bahasa Sunda,  mereka akan menghabisnya sebagai bentuk balas dendam terhadap teman supporternya yang meninggal di kota Bandung. Goblog emang.

"Ri... Awas. Selama kamu di Jakarta jangan pernah pakai kaos bola Persib" itu kata Ibuku lewat sms setelah selesai telpon untuk menanyakan keadaanku.

Sumpah. Lagian demi apapun. Aku gak punya satupun entah kaos atau bahkan Jerseynya yang berlogo Persib. Elehan wae dari dulu juga soalnya.

"Iya." kirim. Aku balas seperti itu dulu.

"Lagian aku pendukung Barcelona, Mak. Bukan Persib" sambungku dan kukirim lagi.

"VISCA BARCA! VISCA CATALONIA!" sms terakhirku.

Rabu, 10 Mei 2017

Haji kipas angin

Ini yang ke dua kalinya aku mampir ke sini.
Untuk? Untuk apa ya? Aku lupa.

Oh, iya. Untuk makan ketoprak. Dimana? Yang pasti bukan di Jonggol. Anjir... Jonggol dimana sih? Si Neng Ziah yang suka bilang gitu setiap ditanya. Untungnya sih enggak di Jonggol. Aku di Cililitan, Jakarta Timur untuk mampir ke rumah Bibiku, numpang makan dan Ee. Tapi nyatanya, aku jarang untuk makan dari rumah Bibiku. Aku lebih setuju untuk menyusuri jalan dan mencari yang sedang aku maui. Dan buktinya ketoprak ini membuat aku jadi ingin lagi. Sampai uangku habis kalau bisa.

Biarlah aku ceritakan untuk yang waktu pertama aku kesini. Jadi, waktu itu, aku datang.

"Satu ya, Bang.... Dibungkus. Yang pedes. Tapi gak pakek cabe" itu aku. Pesan. Lalu duduk di bangku plastik yang disediakan.

"Siap!" si Abang bersabda.

Ketika baru kududuk dimuka, aku baru sadar ternyata disebelah kananku ada seekor kakek-kakek. Umurnya, aku gak tau. Kau tanya saja.

"Ngapain kamu? Beli ketoprak?" tanya si Kakek tiba-tiba. Si Kakek berbicara seperti orang marah. Tapi aku yakini bahwa itu adalah bakatnya setiap berbicara. Bikin orang takut.

"Iya, Pak.. Tadinya mau saya borong. Tapi gak ada uangnya. Bapak ngapain disini? Beli gerobak juga?" kataku yang ketika mengatakan kata "gerobak" diiringi suara motor RX King lewat.

"Gak! Cuma nongkrong. Ya... Pengangguran memang gini. Bebas.."

"Oh.. Iya sih, Pak. Enakan nganggur. Biar bisa banyak tidur. Nanti juga pusing"

"Hmmm..." jawab si Bapak.

"Udah nikah, Pak?"

"Siapa? Saya? Sudah!"

"Punya anak berapa?" tanyaku lagi.

"Semuanya 7. Yang bungsu kemarin habis kuliah. Saya habis biaya 250 juta" kata si Bapak. Padahal demi Allah aku gak nanya.

"Pesemesternya berapa emang, Pak? Saya mau kuliah juga ah..." kuli.

"150 juta persemester"

"Murah segitu mah..." jawabku.

"Hmmm...." si Bapak begitu lagi.

"Kamu, kerja disini? Ngapain?" tanya si Bapak.

"Cuma main aja ke rumah Bibi saya. Namanya Bi Rosita. Bapak kenal?"

"Gak. Gak kenal"

"Ah, masa? Bibi saya yang kenal malah sama Bapak" kataku.

"Rosita mana sih?"

"Ini, Mas ketopraknya..." dan si Mas ketoprak datang sambil menyerahkan pesananku.

"Sabaraha?" tanyaku.

"Sepuluh ribu, Mas" lalu aku menyerahkan uang sepuluh miliar. Tapi cuma khayalan.

"Ok. Si Mas nyiapin ketopraknya malah sebentar euy... Padahal saya masih pengen ngobrol soal filsafat sama Bapak. Saya pamit ya, Pak!"

"Ya.. Ya..." jawab si Bapak.

"Oiya... Nama Bapak siapa?" sambilku ajak si Bapak bersalaman.

"Haji... Haji Ace"

"Nama saya Edward, Pak. Bapak ingat-ingat ya... Bahwa kita pernah ngobrol bersama. Mari, Pak... Salomlikum"

"Hahaha... Alaikum salam". Sianjing tertawa sambil menjawab salamku.

Malam semakin malam. Tetapi suara klakson tetap saja terdengar jelas disini. Mungkin setiap orang ingin cepat sampai dirumahnya masing-masing dan langsung ke toilet.
Dan aku sempat kecewa juga. Untuk yang kedua ini, aku tidak bertemu dengan Haji Ace. Yaitu si Pemilik gerobak ketoprak ini. Yang kebetulan hari itu sedang ingin berkunjung dan mengaku kepadaku seorang pengangguran.

Minggu, 26 Maret 2017

Burung Mas Inter

Aku sedang di Cipulir. Hari Minggu, tanggal 19 Maret 2017. Disitu, di Cipulir Jakarta Selatan, ada tempat wisata. Nama tempatnya Kampung Main Cipulir.
Waktu itu sudah pukul 16:30. Aku mau ke Mushola tapi gak tau sebelah mana. Jadinya aku terpaksa ke Scurity-nya dulu untuk nanyain dimana Mekkah.
.
"Bapak, Mushola sebelah mana ya?" tanyaku langsung ketika sampai di pos tempat si Scurity jaga. Seragamnya gak ada name tag-nya euy... Jadinya gak bisa seperti orang yang sudah kenal 900 tahun yang lalu.
.
"Ujung sana, Dek... Belakang kolam!" kata Pak Scurity.
.
"Oh, yaud... Makasi, Pak. Bapak mau nitip gak?" tanyaku.
.
"Nitip apa, Dek?"
.
"Nitip sholat"
.
"Hahaha... Iya-iya... Titip dua rakaat ya!" kata si Scurity sambil tertawa.
.
"Teu lucu anjing..." aku pengennya sih bilang gitu. Tapi gak berani. Jadinya aku cukup senyum aja. "Mari, Pak..." pamitku.
.
.
Dan, memang benar. Aku berjalan sekitar 50 meter menuju belakang kolam. Lalu aku mengambil wudhu, dan menjadi makmum ketika ada yang sedang sholat. Orangnya berambut plontos, sebelah mata kirinya ada codetnya. Mungkin dia adalah mantan petinju. Tapi yang aku herankan, kenapa aku menceritakan dia? Padahal aku gak kenal.
.
"Assalamualaikum..." salam penutup sholat Dzuhur-nya dia ucap.
.
"Alaikumsalam"
.
Dia berbegas melepas sarungnya, sehingga aku yang lagi sholat tinggal satu rakaat karena masbuk, jadi gak fokus. Tau-tau aku juga udah salam penutup.
.
"Buru-buru banget saya, Mas. Udah di panggil lomba burung" kata si Mas cilok. Dan aku juga cuma senyum.
Ah? Lomba burung? Suruh ngapain burungnya? Aku jadi penasaran.
.
Akupun keluar. Dan oh ternyata, ada lomba suara burung. Aku gak tau burung apa yang diperlombakan. Yang pasti bukan burung garuda.
.
Lalu, aku hampiri tempat perlombaan itu.
Ada Mas-mas. Memakai jaket warna hitam Inter Milan yang sudah kusam warna hitamnya. Yang kuambil gambarnya tanpa sepengetahuannya. Subhanallah. Maaf, Mas.
Sejenak aku memperhatikan bagaimana perlombaan itu berjalan. Pokoknya, aku bingung. Kenapa para juri memberikan berupa warna bendera di kursi, di bawah kandang burung peserta.
.
"Skornya berapa-berapa, Mas?" kataku sambil menyalakan rokok. Bertanya pada si Mas Inter.
.
"Hah?" si Mas lupa ingatan.
.
"Rokok, Mas?" aku tawari dia.
.
"Gak ngerokok saya.." jawab si Mas dengan logat Jawa-nya. Jawaban.
.
"Tadi, itu tandanya apa, Mas. Dikasih bendera?" tanyaku.
.
"Itu yang juara. Bendera warna merah juara 1, biru ke 2, putih ke 3" jelas si Mas.
.
"Oh... Berarti kalau bendera kuning tandanya ada orang yang meninggal ya, Mas?" kataku.
.
Sianjing Mas gak ngerespon. Malah aku yang nahan ketawa.
.
Anjir... Aku sempat bingung mau nanya apa lagi. Tapi untungnya sih gak lama.
.
"Mas, bawa burung, Mas?" tanyaku.
.
"Bawa" jawabnya.
.
"Alhamdulillah"
.
.
Kalian bayangkan saja kalau si Mas itu gak bawa burung.
Ah, hari libur. Sekali-sekali, bolehlah kalian juga sempatkan berlibur dengan orang tercintamu. Seperti keluarga itu. Mereka berenang sambil tertawa terbahak. Menikmati hari ini.
Dan, Mas Inter, bagus. Bawalah burungmu kemana-mana.

Kamis, 23 Februari 2017

Biar saya aja yang goblog mah, Teh... 😔

"Yey, anjing teh... Wasitna dibayar eta mah!" kata salasatu suporter layar kaca, yang waktu itu protes karena wasitnya goblog ketika nobar Indonesia vs Vietnam di warung Wak Yuyun.
Satu hal, pemainnya juga pada dibayar, wahai kawan.

Halo.. Kabar, apa? Biak, apa baik?
Sudah lama aku gak posting disini. Seakan, aku orang yang paling sibuk di planet Mars sana. Tetapi, memang kenyataannya seperti itu. Aku sibuk. Sibuk tidur.

Aku sibuk memikirkan untuk Istri, dan anakku kelak. Segala persiapanpun aku lakukan. Walaupun, hasilnya cuma gitu-gitu aja... Gak ada kemajuan. Karena ternyata, aku lebih banyak tidur ketimbang kerjanya.

Sebenarnya, aku sudah kepikiran. Setiap mau tidur, aku selalu takut mereka yang menjadi Istri dan anakku kelak, tidak makan. Maka hai para perempuan... Disinilah tanggung jawab seorang laki-laki. Masa depan sudah terpikirkan walaupun belum waktunya untuk itu.

Tetapi lagi, kalau pemikiran saja sudah melesat dengan tanggapan yang curiga atau tidak percaya kepada Tuhan, maka jangan heran kalau hidup kita selalu pusing. Ya, makanya, jalani saja dengan tetap berpikir positif kepada-Nya.

Kayak ceramah yang di gereja itu ya? He2x... Haleluya ah... Kasadayana...

Dan tentang Blog ini... Maaf, Blog... Sudah lama aku gak posting.
Umurku sekarang 22 tahun. Si Ayu juga. Temanku yang di Kota Kuningan sana, walaupun belum pernah ketemu. Dia juga sama berumur 22 tahun. Tapi dia sekarang lagi jomblo. Kasian ih! Aku juga.

Aku membuat blog ini ketika berusia 17 tahun. Hanya saja, aku memulainya untuk mengisi dengan catatan abstrak yaitu ketika aku berusia 18 tahun kalau gak bener.
Maka jangan heran, untuk postingan-postingan sebelumnya, dari gaya bahasa, tulisan, dan kata, sangat jauh berbeda dengan sekarang. Karena perbedaan inspirasi pun sudah tumbuh menjalar kesana kemari. Itu artinya, aku dulu itu masih plin-plan. Sekarang juga masih sih. Maklum semuanya. Aku lahirnya hari Rabu. Kata Ibuku sih menjelang Maghrib juga. Tapi gak ada yang peduli kan ya?

Dulu, gaya bahasaku aku pelajari dari penulis hebat Raditya Dika. Kata 'elo' dan 'gue' saling berjajar di setiap kalimat. Karena, pada jaman SMA ku dulu, kalau saja gaya bicaraku memakai kata 'gue', sangat.. Menurutku sangat keren dan gaul. Padahal, aku masih saja tetap keren walaupun gak pakai itu.

Belum lagi, kata yang aku gunakan sangat jauh dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bisa terbilang dulu aku tidak mengenal itu. Bahkan sekarang juga masih. Dimana, kata yang harusnya benar, aku salahkan. YES!!! Mungkin karena aku orang Indonesia. Buktinya aku kemarin nonton Timnas. Tapi kan gak ada yang peduli lagi ya walaupun aku orang Mesir juga?

Aku tau, dan memaklumi itu. Karena pada awalnya memang harus begitu. Sangat membutuhkan inspirasi. Bukannya kalau seseorang sudah menyadari hal yang sebelumnya kurang baik, berarti kita sudah berhasil menjadi yang lebih baik? Maka, aku baca buku karangan para penulis hebat seperti Buya Hamka, Dewi Lestari, Andrea Hirata, Pidi Baiq, Raditya Dika, J.K Rowling, Mang Emul bengkel dan banyak lagi. Dan memperhatikan setiap gaya mereka menulis. Begitupun gaya bahasanya.

Dari sanalah, dari deretan penulis diataslah aku mendapatkan pencerahan untuk mendapatkan inspirasi dari caranya menyampaikan tulisan. Setelah aku membaca novel yang berjudul Drunken Monster-nya Pidi Baiq, sebuah buku komedi dengan menggunakan cara yang sangat ajaib. Hingga selanjutnya, setiap cerita yang Pidi Baiq sampaikan secara pelan merasuk ke dalam pikiranku. Dan aku sangat menyukai itu. Maka jangan heran untuk tulisan, gaya bicaraku sama percis dengan Pidi Baiq. Karena memang, aku mengakui itu. Aku terinspirasi dari Ayah Pidi Baiq. Kalau dibilang aku penjiplak, terserah. Karena aku juga bingung menanggapinya seperti apa. Lagian aku sudah siap juga untuk dicerca orang. Ketika ada yang bilang, "Anjing, sia mah nurutan si Pidi Baiq!", gak papa. Sama-sama anak Adam ini. Lebih tepatnya aku adalah anak pertama dari Bapak Husen Azis. Pidi Baiq? Aku gak tau.

Dan, untuk selanjutnya, aku mau posting salasatu cerita yang demi Allah kayaknya gak berguna deh.

Hal yang jadi pertanyaan, apakah semua cerita yang sering aku posting benar nyata, atau tidak? Aku menjawab, aku juga gak tau. Yang pasti itu memang terjadi dan aku mengalaminya. Jadinya terserah kalian sih mau percaya atau enggak. Kalau gak percaya juga gak bakalan jadi dosa ini.

Yow... Kita mulai.

Jadi begini...
Ini kejadiannya udah lama sih. Sekitar jaman Sun Gokong bilang, "enak jamanku toh?".
Waktu itu malam Sabtu. Aku sedang di kedai kopinya si Idwan, pukul 20:16 lah, lagi masih bertiga, teman yang lainnya belum pada datang. Mungkin mereka sedang pada rapat pembubaran Komunitas Pembela Belanda Menjajah Lagi Dong. Disingkat menjadi KPBMLD.
Yaitu yang sedang ada adalah Idwan si pemilik kedai kopi, Nena si Pacarnya Idwan, dan Aa Hari Mulyana Andreas si vokalis Termos Band.

"Ri, elu tungguin disini ya... Gua mau nganterin si Nena dulu. Takut kalau entar mah kemaleman" kata Idwan tiba-tiba.

"Asyik euy... Pulangnya bawa martabak" kataku.

"Moal lila jeung aingah moal jajan dih aisia!" kata Idwan lagi memakai Bahasa Arab. 'gak bakal lama sama gak jajan saya mah'.

"Gak papalah martabak telor juga". Kataku lagi. Makin gak nyambung.

"Yeh sia... Hayu akh, Yank" kata Idwan, lalu berangkatlah mereka.

Just info. Tulisan kata 'Yank' adalah kata yang bermaksud 'Sayang'. Cuman berhubung aku mantan alay, jadi aku tulis seperti itu. Dan aku juga pernah menyematkan tulisan itu untuk mantanku.
Pesan buat mantan. Maaf. Aku pernah bilang 'Si Bangsat' padamu.

Sekarang aku sendirian. Ditemani lagu dari Silampukau dan Payung Teduh yang bergiliran dan gak capek-capek.

Tak lama, aku melihat 4 manusia. 3 perempuan, 1 laki-laki, datang dari arah timur laut. Dan mereka diam di pinggir jalan tepat di depan kedai yg sedang ku jaga. Hanya saja mereka diseberang sana. Sepertinya, mereka sedang menunggu jemputan.

Sudah sekitar 7 menit mereka nunggu. Berdiri. Pasti pegel. Dan selama itu juga, aku pura-pura cuek.
Akhirnya, aku putuskan untuk menghampiri mereka.
"Lagi nungguin siapa, Mas?" kataku sambil menyedorkan tangan untuk bersalaman. Aku salami semuanya. Dan disinilah yg membuat aku tertarik kenapa aku harus menuliskan tentang ini.

Jadi... Ketika aku selesai mengajak untuk bersalaman dengan mereka, tiba-tiba salasatu dari mereka ada yang 'nyeletuk' bilang dengan pelannya, "ih, sok kenal banget nih orang" dengan menunjukkan wajah yang sangat tidak meng-enakanlah pokoknya.

"Eh, ini, A.. Temen saya mau pulang. Katanya ada keperluan" jawab si yang laki-lakinya.

"Oh.. Lho? Inikan yang lagi PKMD itu ya?" PKMD itu singkatan dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. Intinya seperti pelatihan kerja lapangan. "Dari Politeknis mana sih, Mas?" kataku seperti orang yang kaget mau mati. Padahal hey, kawan, aku sudah menyadarinya sejak dari tadi. Karena, si laki-laki memakai jas sekolah tingginya.
'Anjing.. Kos kieu gening sikap budak nu dikuliah keun ku kolotna mahal-mahal teh?' gumamku dalam hati. Dan kayaknya gak usah aku artikan. SIAAAAP GRAK! 😀

"Iya, A hehehe.. Kami dari Politeknis bla bla bla..." jawabnya. Nama sekolahnya sengaja aku samarkan untuk menjaga nama baik.

"Homestay-nya dimana?" aku nanya.

"Dirumah Bu Enok, A"

Aku cuma ngobrol sama yang laki-lakinya aja. Mungkin karena merasa sama jenis kelaminnya. Yang 3 itu, yg mereka perempuan itu, hanya diam. Sibuk dengan hapenya masing-masing.

Benar deh. Aku heran. Kenapa mereka, semuanya yang perempuan, merasa sangat terganggu dan tidak nyaman dengan hadirnya diriku ini. Apalagi dengan seorang yang nyeletuk tadi. Kayaknya dia mau kesurupan. Dengan mata yg melerik seperti orang jijik ngeliat aku. 'aku ganteng ya, Mbak?' gumamku dalam hati.

Akhirnya, aku mengeluarkan rokokku. Ku bakar dia, di depan mereka.

"Ngerokok, Mas?" aku tawari dia yang laki-laki.

"Oh, enggak, A. Saya gak ngerokok orangnya. Hehehe" jawabnya sambil tertawa canggung.
Alhasil, mereka, yang para perempuannya malah semakin jijik sama aku karena merokok. Padahal, itu rokok yg 100% aku beli sendiri. Uangnya gak tau. Dan lagi, tadinya mau aku tawari juga mereka. Tapi berhubung aku memandang beda spesies, jadinya enggak.

"Yaudah. Tungguinnya disana yuk.. Dikedai kopi saya... Sambil minum kopi-minum kopi atuh..." ajakku, yang gayanya seperti mau nraktir. Padahal Demi Allah enggak. Aku biasa di traktir. Lagian pas aku bilang bahwa itu kedai kopi punyaku, aku langsung kepikiran si Idwan.

"Ih, saya udah pesan lagi nunggu disebelah kanan, A. Entar mereka nyariin lagi kalau saya nunggunya disitu," jawab salah satu perempuan yang mau pulang. Akhirnya dia bicara juga. Yang dari tadi cuma diam dan senyum sinis. Padahal aku udah anggap dia patung.

"Oh.. Ok. Saya duluan ya.. Ada pelanggan soalnya" padahal enggak ada seorang pun di kedai.

"Oh, iya, A" jawab si laki-laki. Sia wae, Mas nu ngajawab teh.

Oh, ternyata si yang nyeletuk bicara juga! Katanya,

"Iya, A. Silahkan. Silahkan elu pergi, bajingan! Sok akrab, dan gak tau diri. Emang gua siapa? Ngajak salaman sembarangan orang. Gua ini kuliah... Elu gak pantes salaman sama gua... Elu harusnya mati aja, A. Dasar anjing!" dalam hati. Mungkin itu juga.

Aku manusia yang sangat gampang sekali untuk berpendapat terhadap orang lain. Dan ingin memberi nilai orang itu tersebut memang baik, atau buruk.

Jika saja kamu bersikap seperti itu kepada setiap orang yang mungkin mau bermaksud baik, maka lihatlah pandangan orang itu. Apalagi kamu berdiri diatas nama Sekolah Tinggimu, dan posisinya sedang menjalani tugas bermasyarakat. Maka harusnya dijaga. Yoi?

Aku juga sebenarnya tidak peduli itu. Terserah kamu mau sombong atau enggak. Tapi buktikan, apa yang bisa membuat kamu jadi sombong.. Contohnya, mungkin dengan cara membakar uangmu sendiri, atau membakar apartemen orang lain. Barulah, kamu boleh sombong sepuasmu. Tapi percayalah, itu tidak ada gunanya jika itu hanya demi kesombongan. Hanya akan dianggap bodoh orang lain.

Selasa, 27 Januari 2015

Facebook.

“A, bikinin FB atuh a!” sahut adik gue yang bungsu pengen dibuatin akun Facebook.
“Gak bisa adek... Yang bikin Facebook itu si Mark Zuckerberg. Aa mah gak bisa” jawab gue.

Jaman udah berubah banget. Adik gue yang masih kelasss emmm... 5 SD (sumpah, gue ngarang banget nyebutin adek gue baru kelas 5 SD. Karena gue bener-bener gak tau adik gue kelas berapa sekarang. Kakak macam apa gue ini?) udah pengen dibuatin akun sosial media. Uh.. Gue mah waktu kelas segitu boro-boro pengen akun kayak gitu, orang Facebook waktu jaman gue belum ada.

Kayaknya permainan waktu jaman gue dulu udah gak ada yang minat lagi deh! Dimana pada jaman waktu gue kecil, mainan itu bisa dibuat, dan gak yang aneh-aneh.

Lo pastinya tau dong sama gasing? Ya, kalo di kampung gue namanya Panggal. Sekarang di kampung gue, gue udah jarang banget ngeliat mainan yang satu ini. Karena udah ada penggantinya yaitu gasing yang terbuat dari plastik yang bisa bikin anak jadi tolol. Belum lagi harganya agak lumayan mahal dari gasing jaman gue. Gimana enggak? Waktu jaman gue harga gasing Cuma limaratus perak, juga mainin panggalnya itu gak minta yag macem-macem. Cuma ambil gasingnya, terus dililit pakek tali yang terbuat dari kain, dan muter. Udah gitu doang. Tapi anak sekarang udah kebawa sama yang namanya acara tv. Dimana gasing yang sekarang itu di filmnya kalo dimainin suka keluar naga. Otomatis anak yang main mainan itu nagih “Mana naganya?”. Sampe rengek-rengek sama nyokapnya. “Mamah... Mana ih naganya?” Kata si anak. “Bentar, mamah mau nyari dulu di Indosiar” jawab si mamah yang juga ikut tolol.

Sama halnya kayak yang satu ini. Sosial media secara berlahan udah menyerang anak-anak. Bukannya gue gak mau buatin adik gue akun Facebook, gue gak bisa! Hehehe.. Enggak, enggak.. Gue perhatiin umurnya masih ecek-ecek gitu. Biarin dululah dia nikmatin masa anak-anaknya. Karena menurut gue, anak yang dipandang belum pantes buat maen sosial media, itu bahaya banget men!. Jangankan anak-anak, orang yang udah dewasa aja kadang pemikirannya masih dangkal kayak balongnya Pak H. Jajang. Tau Pak H. Jajang?

Pastinya lo juga pernah liat update’an-update’an orang yang gak tau malu. Dimana masalah keluarganya sendiri di umbar-umbar di Facebook. Aduh... Mungkin ini nih yang dibilang otak dangkal sama gue tadi. Itu masih mending, ini yang udah nikah, dan setiap ngelakuin kesalahan sama dia, dia ngejelekin istri atau suaminya di Facebook. Gila.. Malu-maluin banget gak tuh? ß (Padahal gue sendiri udah pernah ngelakuin juga).

Tapi di balik semuanya, gue juga pahamlah kenapa kebanyakan orang suka ngumbar-ngumbar masalah pribadinya di sosmed. Karna menurut gue, orang yang terkena masalah, atau ada pembicaraan yang pengen banget dia omongin tapi gak tau ke siapa, atau gak brani buat di omongin secara langsung sama orang yang bersangkutan, dia pasti pengen banget sama yang namanya curhat dan ketika masalahnya udah dia ceritain, dia berharap ada yang ngasih solusi supaya masalahnya bisa diselesaikan. Nah... Karena mungkin gak ada orang yang ngertiin dia banget, akhirnya dia lampiaskan uneg-unegnya di sosmed. Ah.. Jalan yang tepat banget.

Guys! Sosmed itu pengaruhnya gede banget lho! Maka gak heran menurut para ilmuan seperti Mang Kodri, Mang Ucin, Mang Afud, dan mamang-mamang yang lainnya mengkliam, bahwa, kalo udah kecanduan sama yang namanya sosmed, itu sama aja kayak lo kecanduan sama heroin.
Ya, gue setuju banget sama pendapat Para Mamang Jenius diatas. (by the way, kopi gue udah abis nih.. Euuuhh ada yang mau beliin gue kopi gak?)

Jujur aja, sehari aja gue gak buka sosmed, seolah pohon jengkol yang di depan rumahnya Mang Afud itu roboh. Kenapa demikian? Karena bener banget! Gue ngerasa tak berdaya banget kalo sehari aja gak buka sosmed, sehari aja gue gak update status, sehari aja gak denger lagu si Inul, yang seolah ini adalah ketergantungan gue bisa hidup. Gue makin yakin kalo ini cocok banget disamain sama kecanduan heroin. Walaupun gue gak tau bentuk heroin itu kayak gimana.

Kembali lagi ke adik gue yang pengen di buatin akun Facebook. Tiba-tiba adik gue bilang, “Ahhh.. Aa pelit banget.. Cuma FB doang gak mau ngasih..” kata adik gue. Gue Cuma bisa tersenyum dan dan berkata dalam hati, $%^Dikiranya Facebook itu permen kali ya? Dasar adik yang bego^%$.
Tujuan gue pelit adalah, biar gue bisa nyelamatin adik gue dari keganasan sosmed. Belum lagi nyelamatin dari keganasan anak-anak alay. Umur adik gue sekarang adalah 12 tahun. Umur segitu emang pas banget buat jadi alay kualitas super. Dimana dia suka update status gak jelas, kayak orang sakit. Contohnya gue.

Yah.. Intinya adik gue gak mau umur yang baru segitu udah ketagihan maen yang belum waktunya.
Gue berpesan, “JAUHKAN ANAK-ANAK YANG MASIH DIBAWAH UMUR DARI SOSIAL MEDIA!!!” ....


INI CARA MATIIN CAPS LOCKNYA GIMANA INI??!!

Kamis, 11 Desember 2014

Ini sama saja membunuh mereka juga.



Malam yang ramai sekali. Ya, ketika malam minggu sudah tiba, maka tiba pulalah anak muda untuk menikmati malam tersebut.

Banyak sekali muda-mudi yang nongkrong entah bersama teman-temannya, ataupun bersama pacar. Tapi tak sedikit pula para jomblo yang sudah parah ikut menikmati pemandangan malam ini sambil mencoba mencari pacar di sebuah taman tepatnya di Alun-alun Wanayasa.

Angin yang berhembus, cukup membuat badan menjadi terasa dingin, hingga sebagian orang terpaksa merokok yang tujuannya mungkin untuk menghangatkan badan begitupun menghangatkan suasana mereka. Berkumpul dengan teman-teman, ditemani beberapa minuman kaleng, makanan ringan, dan tentunya beberapa bungkus rokok yang melengkapi berkumpulnya mereka. Begitulah aktifitas kebanyakan orang yang aku lihat saat ini.

Aku dan teman-temankupun berusaha untuk menikmati malam libur ini. Mencoba menjadi anak gaul seperti pada umumnya. Kumpul bersama, dengan ditemani beberapa kaleng minuman soda, beberapa bungkus kacang dan satu bungkus rokok karena sebagian temanku termasuk aku, sudah merokok.
Ah, aku tak tahu harus bagaimana lagi untuk menanggapi soal barang yang satu ini. Mungkin jika tak hadirnya barang yang satu ini (rokok) disaat kumpul-kumpul suasananya akan merasa ada yang kurang, dan takkan seseru yang mereka bayangkan.

Jujur, aku sendiri termasuk orang yang bertergantungan pada barang ini. Tetapi syukurnya aku masih bisa untuk menahan ketika aku duduk bersama orang yang aku sayang setelah melakukan kesepakatan dengan orang tercinta yaitu keluargaku dan pacarku. Lantas bagaimana dengan teman laki-laki yang sedang berkumpul denganku, sedangkan mereka sebagian tidak merokok? Aku menjawab, mereka lebih bisa memaklumi dan bisa menyikapinya dengan tenang dan baik.

Teringat kembali ketika aku benar-benar belum bisa menahan kebiasaanku dan belum melakukan kesepakatan dengan pacarku terkecuali dengan keluargaku, aku melakukannya di sebuah tempat yang bahkan itupun dilakukannya tanpa ketersengajaan. Ketika itu aku merasa bosan diam dirumah. Akhinya aku megajak pacarku untuk keluar dan tempatpun sudah aku putuskan sendiri.

Sesampainya disuatu tempat yang sudah aku rencanakan, kami langsung duduk berdua dimalam hari yang sama, begitupun suasana yang sama percis dengan malam ini. Angin berhembus membuatku merasa sedikit kedinginan, dan akhirnya hal itu memaksaku untuk mengambil satu batang rokok dari kotak kaleng punyaku dan menyalakannya dengan koreknya si Ramlan yang aku culik siangnya.

Jujur, semenjak bungkus rokok dihiasi dengan gambar-gambar yang terkena penyakit akibat merokok, aku menjadi agak risih. Tetapi anehnya itu tidak menyurutkanku untuk berhenti merokok. Bahkan setiap orang mempunyai idenya masing-masing untuk menghindarinya. Contohnya aku yang mengganti bungkus rokok dengan kaleng sarden.

Baru beberapa hisapan rokok, tiba-tiba pacarku sudah protes.

“Ihh... Kamu bisa gak sih gak ngerokok didepan aku?”
“Lho... Emangnya kenapa? Kamu kabita ya? Hehehe...” Jawabku dengan sedikit dihadiri bahasa Sunda nya. Maklum saja.. Jaman kini semakin berubah. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan. Antara Bahasa Indonesia yang baik kini sudah jarang digunakan, ditambah lagi kami dari tanah Sunda, bahasanya sudah bisa disatukan. Tetapi aku akan menjelaskan bahasa Sunda nya jika kalian tak mengerti. Kabita = Tergoda.
“Ihhh... Bukannya gitu... Asepnya itu ngeganggu banget tau!”
“Yaudah, yaudah... Nih aku matiin” Sambil mematikan rokok ke telapak tanganku. Berniat ingin sulap, tapi yang terjadi hanyalah merah lebam ditelapak tanganku.
“Kenapa sih rata-rata cowok suka ngerokok?” Tanya dia.
“Ya... Karna dia pengen, dan punya uang. Hehehe”
“Ihhhh... Serius... da aku teh nanyanya juga serius!” Sambil dia mencubit pelan pinggulku.
“Aduh.. Sakit, sakit... Hehehe.. Ya, aku gak tau... Pastinya beda-beda pendapat dong”  Jawabku sambil pura-pura meringis kesakitan. Ya.. Ceritanya kami disini agar bisa terlihat mesra, padahal hampir setiap hari kami suka berkelahi.
Ningan beda-beda? Kenapa?” Ningan = Kok
“Iya.. Biasanya cowok itu pada awalnya cuma coba-coba ngerokok doang, ada juga karna pergaluan, lingkungan, pengen keliatan keren sama cewek, sama satu lagi.. Karna prustasi. Entah prustasinya gara-gara kaum kamu, keluarga, dan banyaklaahh... Malahan salasatu temen aku mah ada yang bilang, pengen tau seberapa sih enaknya ngerokok itu? Dan kira-kira bakalan sanggup gak buat berentinya? Eh, dia malah jadi kecanduan. Hehehe”
“Terus kamu termasuk yang mana?” Sambil mengambil minuman kaleng dan meminumnya.
“Aku?” Sambil jari telunjuk mengarah pada diriku sendiri.
“He’em” Yang masih meneguk minumannya.
“Aku termasuk orang yang sangat sayang sama kamu. Hehehe”

Aku lihat dia langsung menurunkan kaleng minumannya dari mulutnya dan seperti tersedak setelah mendengar kata-kataku. Lalu tak lama dia tertawa “Hahahaha.. Bisa wae.. Serius.. Kamu termasuk kejadian yang mana? Karna pergaulan, lingkungan, pengen keren, apa prustasi?” Sambung lagi pertanyaanya. Wae = Saja

“Hmm... Kayaknya aku karna pergaulan deh.. Soalnya hampir semua temen aku pada ngerokok semua” Alasanku.
“Ohh.. Gitu.. Tapi aku gak suka lho kamu ngerokok..”
“Iya, aku tau kok! Rata-rata cewek itu gak suka sama cowok yang ngerokok. Maafin yaaa...”
“Terus kalo tau, kenapa tadi salasatu penyebabnya ada yang pengen keliatan keren sama cewek?” Tanya dia lagi yang membuat aku jadi agak merasa bingung untuk menjawabnya.
“Hmmm... Kalo itu sih gimana kedewasaannya si cowok.. Eh, kalo ngerokok dipaksain itu gak enak lho! Pahit! Jadi kalo ada cowok yang ngerokok tujuannya cuma pengen dibilang keren sama cewek, berarti dia masih bego. Hehehe... Aku juga kalo pengen ngerokok karna keinginan hati kok! Kalo misalkan gak mau buat ngerokok, ya aku gak maksain buat ngerokok. Ngapain?”
“Oooohhh... Gitu..” Sambil menganggukan kepala.
“Udah ah.. Nanya wae.. Sekarang giliran aku yang nanya ke kamu”
“Hehehe.. Nanya apa?”
“Kamu sayang juga gak sama aku? Hehehe”
“Hehehe.. Iya aku sayang juga kok sama kamu. Tapi kalo kamu sayang sama aku, kamu berenti dong ngerokoknya.. Kan aku sayang sama kamu..”
“Hmmm... Gini aja deh.. Aku janji gak bakalan ngerokok didepan kamu lagi, kalo berenti, aku mau coba dulu, tapi gak janji ya.. Gimana?”
“Ah... Yaudah, terserah kamu aja weh..” Sambil agak merasa kecewa.
“Ih.. Jangan terserah atuh... Yang pasti-pasti aja weh.. Yaaa? Gak papa yaa?”  
“Iyaaaa...”

Bro! Balik moal? Ngahuleng wae... Salasatu teman mengagetkanku dengan bahasa Sunda dari lamunanku. Kalau diartikan seperti ini. “Bro! Mau pulang gak? Ngelamun aja..”
“Oh.. Ok.. Yok!” Jawabku.
Bersihan heula tah runtahna!” “Bersihin dulu tuh sampahnya!”. Begitu artinya kira-kira.

Setelah selesai mebereskan sampah bekas kami beserta sampah masyarakat, kami bergegas untuk pulang, karna waktupun tak terasa sudah larut malam.


            Baiklah, kini aku berjanji pada orang yang aku sayang untuk tidak merokok didepan mereka. Maaf.. Aku sadar bahwa merokok itu tidak baik, tapi akulah contoh orang yang sudah terjebak oleh bahayanya rokok. Kalau saja berhenti merokok itu sama halnya seperti membalikan telapak tangan, jangankan kata “Mungkin”, aku akan berkata “Pasti” untuk berhenti. Tetapi apa kenyataanya? Ini kebiasaan yang sulit sekali untuk dihilangankan.

Bukanlah hal yang tak mungkin bahwa yang lain (para perokok) juga sama keadaannya sepertiku. Mereka juga pasti kadang-kadang mengeluh atas apa yang sudah terjadi. Ingin berhenti? Ya! Kadang mereka juga berpikir untuk berhenti, tetapi itu tak lama. Mereka akan berhenti jika sudah terkena dampaknya. Mungkin juga denganku. Maaf.

Jumat, 14 November 2014

Malam minggu yg indah.

Malem minggu... Yg bisa gue lakuin ketika malem minggu dateng yaitu, ngobrol sama net badmintonnya Pak Rohaman. Walaupun gue Jomblo, sebenernya gue bisa aja maen ke situ Wanayasa, liat air sambil gelap-gelapan terus ditemenin segelas minuman teh harga serebu rupiah yg rasanya hambar kayak air kobokan. Cuman gue jadi ngerasa takut buat maen ke situ Wanayasa lg setelah ngeliat kejadian malem minggu kemarin yg serem banget. Bahkan malemnya gue sampe gak bisa tidur karna siangnya tidur gue nyenyak banget.

Hmm... Gue ceritain gak ya...? Soalnya gue skarang jg jd agak merinding bulu ketek karna ngingetin kejadian itu.

Ayolah.. Jangan paksa gue buat nyeritain kejadian malem minggu kemarin..

Ok... Ok... Kayaknya lo semua pada penasaran ya sama cerita gue yg serem ini? Sebagai cowok yg tampan, gue mau ceritain. Tapi sebelumnya gue boleh ngambil ubi goreng dulu gak buat cemilan gue? Soalnya Emak gue lg bikin keripik singkong.

Hah? Gak boleh? Yaudah deh... Gue mau ke toilet dulu bentar...

Apa? Gak boleh juga? Wah... Keterlaluan lo pada! Kalo gue pup sambil ngetik, lo yg bersiin ya!

Ok... Euuu... Sebelumnya buat para pembaca kalo misalkan gak kuat, boleh dihentiin aja bacanya. Kalo bisa sambil lambaikan tangan ke Pak Rohaman. Soalnya ini serem banget cyin! Hiii...

Pada suatu malam minggu yg mencekam, gue lg kedinginan nongkrong di situ Wanayasa. Gak tau kenapa waktu itu gue pengen banget sendiri, udah kayak orang yg pupus harapan karna gak tahan jd seekor Jomblo. Sambil gelap-gelapan, gue ditemenin segelas teh kemasan tjap kobokan. Gue ngomong sendiri, udah mirip banget kayak orang ..... (isi sendiri titik-titiknya)

Tiba-tiba... Gue melihat sosok... Sosok seorang cowok yg senasib sama gue. Dia sendiri, kedinginan, ditemenin segelas air kobokan, sambil ngupil, ngomong sendiri, udah mirip kayak orang ...GOBLOK... (kalo yg ini titik-titiknya keisi sendiri)

Yg ngebedain gue sama tu cowok, mungkin Jomblonya lebih akut gue. Gue bangga banget guys! :')

Gue gak tau, setan apa yg menggoda gue kali ini, mungkin setan yg sedikit agak ngondek kali ya? Sehingga gue terus perhatiin cowok yg lg kesepian itu seolah-olah gue tertarik, mengagumi cowok tersebut dan pengen ngajak dia kenalan terus jadian.

Gak lama cowok yg kesepian itu ngeliat sepasang kekasih labil yg lg pegangan tangan. Dan ternyata, cewek yg lg pacaran itu adalah mantan si cowok! (bilang Wow dong!)

Kenapa gue tau? Karna ketika pasangan labil itu ngelewat pas di depan si cowok tersebut, tiba-tiba yg si cewek 'nyeletuk' bilang gini sama si cowok. "Kamu pasti nyeselkan putus sama aku? Sekarang aku jadi makin cantik!" kata si cewek yg lg jalan sama pacar barunya. Gue perhatiin muka si cowok yg kesepian itu kayak yg mau nangis, matanya udah berkaca-kaca, keluar ingus jg. Tapi salutnya, dia masih bisa jawab omongan si cewek itu. "Ah, enggak! Malah kamu gak beda seperti puntung rokok bekas aku, terus dipungut orang" jawab si cowok sambil tersedu-sedu. Sekarang gantian, giliran muka si cewek yg berubah mirip semur jengkol. "Aku tau! Kamu kesepiankan setelah kamu putus sama aku? Soalnya aku suka mergokin kamu peluk batang pohon pisang. Kamu pasti lg ngebayangin batang pohon pisang itu aku kan?" kata si cewek lg sambil matanya bercermin-cermin (bosen kaca mulu). "Aku suka peluk batang pohon pisang karna aku lebih rela getah pohon pisang yg nempel dibadan aku dibanding bekas pelukan sama kamu"
Cekcok antar mantan satusama lain itu terus berlanjut sampe air situ Wanayasa surut. Sepanjang cekcok, gue perhatiin pacar si cewek mukanya itu gak beda kayak keledai. Mungkin karna dia ngerasa nganter ceweknya buat ketemu sama mantannya. Dan lo tau? Kenapa gue bilang cerita ini serem? Karna peran yg pernah gue alamin sesungguhnya yaitu jadi pacar si cewek tadi yg mukanya berubah jadi muka keledai. CUMA NGANTERIN DOANG KAYAK TUKANG OJEK BEGO!!!